BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Makhluk hidup di alam ini menempati
tempat-tempat tertentu sesuai dengan habitatnya. Ada yang hidup di air, di
tanah/darat, maupun di udara. Tempat hidup di dunia ini tidak bertambah luas,
sementara pertambahan jumlah makhluk hidup relatif bertambah. Hal ini
menyebabkan makin banyaknya makhluk hidup yang menempati permukaan bumi
sehingga ekosistem di muka bumi ini semakin sempitMakhluk hidup akan menjalin
hubungan saling ketergantungan antar makhluk hidup di dalam komunitas. Selain
itu, makhluk hidup juga akan menjalin hubungan dengan lingkungannya. Makhluk
hidup sangat bergantung kepada lingkungan.
Hubungan antara makhluk hidup
dengan lingkungannya akan membentuk ekosistem. Ekosistem adalah suatu sistem
ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh
dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi..
Adanya perubahan-perubahan pada populasi mendorong perubahan pada komunitas. Perubahan-perubahan
yang terjadi menyebabkan ekosistem berubah.
Perubahan ekosistem akan berakhir
setelah terjadi keseimbangan ekosistem. Keadaan ini merupakan klimaks dari
ekosistem. Apabila pada kondisi seimbang datang gangguan dari luar, kesimbangan
ini dapat berubah, dan perubahan yang terjadi akan selalu mendorong
terbentuknya keseimbangan baru. Oleh karena itu, sangat perlu memahami konsep
tentang ekosistem, macam-macam ekosistem serta energi yang didapatkan organisme-organisme
dalam suatu ekosistem.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan ekosistem?
2. Apa
saja macam-macam ekosistem?
3. Apa
komponen pendukung ekoosistem ?
4. Apa
saja ciri-ciri ekosistem?
5. Apa
yang dimaksud jaring-jaring makanan?
6. Apa
yang dimaksud rantai makanan?
1.3
Tujuan
1.
Untuk
menyelesaikan tugas Ilmu Pengetahuan Alam.
2.
Mengetahui
macam-macam ekosistem.
3.
Mengetahui
komponen-komponen dalam ekosistem.
4.
Mengetahui
ciri-ciri dari setiap ekosistem.
5.
Mengetahui biota
tertentu dalam setiap ekosistem.
6.
Mengetahui aliran
energi dalam ekosistem.
7.
Mengetahui
jaring-jaring makanan dengan rantai makanan.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Ekosistem
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang
terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu
tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan
hidup yang saling memengaruhi.
2.2
Macam-Macam Ekosistem
Setiap macam ekosistem mempunyai
karakteristik yang berbeda-beda. Ekosistem secara garis besar dapat dibagi
menjadi ekosistem darat dan ekosistem
akuatik.
Selain itu, juga terdapat ekosistem buatan yang diciptakan manusia.
2.2.1 Ekosistem Darat
Ekosistem darat
dalam skala luas yang memilki tipe vegetasi dominan disebut bioma. Bioma
adalah ekosistem darat yang khas pada wilayah tertentu dan dicirikan oleh jenis
vegetasi yang dominan pada wilayah tersebut.
2.2.1.1 Ekosistem
Padang Rumput
Padang rumput adalah dataran tanpa
pohon (kecuali yang berada di dekat sungai atau danau) yang umumnya ditumbuhi
rumput pendek. Padang rumput terletak di daerah yang memiliki musim kering yang
panjang dan musim penghujan yang pendek. Hal ini dapat dilihat di kawasan
Indonesia seperti Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Biasanya padang rumput
terletak di daerah yang memiliki ketinggian sekitar 900-4000m diatas permukaan
laut.
Padang rumput
ini terjadi secara alami disebabkan adanya cuaca yang mempengaruhi rendahnya
curah hujan. Curah hujan yang rendah mengakibatkan tumbuhan kesulitan untuk
menyerap air, sehingga tumbuhan yang dapat bertahan ialah rumput. Seperti
diketahui bahwa rumput dapat hidup dan beradaptasi dalam keadaan tanah yang
kering. Oleh karena itu tumbuhan rumput lebih banyak tumbuh dibandingkan dengan
tumbuhan yang lain.
Pada dasarnya, eksositem padang rumput ini bisa dijumpai di
semua wilayah. Namun, merunut pada ilmu geografi, wilayah persebaran dari padang
rumput ini (khususnya di wilayah tropis) antara lain di benua Afrika, di Benua
Amerika khususnya bagian selatan, dan juga benua Australia bagian utara.
Sementara itu, padang rumput di wilayah dengan iklim subtropis bisa dijumpai di
Amerika bagian utara, di Argentina, di beberapa wilayah Australia Barat,
beberapa kawasan Eropa utamanya di Siberia juga Rusia bagian selatan.
Ciri-Ciri
Padang Rumput
·
Curah hujan
antara 25 - 50 cm/tahun, di beberapa daerah padang rumput curah hujannya dapat
mencapai 100 cm/tahun.
·
Curah hujan yang
relatif rendah turun secara tidak teratur.
·
Turunnya hujan
yang tidak teratur tersebut menyebabkan porositas dan drainase kurang baik
sehingga tumbuh-tumbuhan sukar mengambil air.
·
Daerah padang
rumput yang relatif basah, seperti di Amerika Utara, rumputnya mencapai 3 m,
misalnya: rumput-rumput bluestem dan India Grasses.
·
Beberapa jenis
rumput mempunyai ketinggian hingga 3,5 m
·
Memiliki pohon
yang khas, yaitu akasia
·
Tanah pada
umumnya tidak mampu menyimpan air yang disebabkan oleh rendahnya tingkat
porositas tanah dan sistem penyaluran yang kurang baik sehingga menyebabkan
rumput-rumput tumbuh dengan subur.
·
Daerah padang
rumput terbentang dari daerah tropika sampai ke daerah subtropika
Komponen
Pendukung Ekosistem Padang Rumput
Komponen dalam
eksosistem padang rumput terbagi menjadi dua bagian, yakni komponen abiotik dan
komponen biotik.
1.
Komponen
Abiotik
1. Suhu
udara
Suhu udara mempengaruhi setiap
proses yang terjadi pada makhluk hidup. Sebagai contoh adalah penggunaan energi
yang dihasilkan oleh tubuh meregulasi suhu tubuhnya.
2. Air
Air memiliki peran yang sangat
penting dalam kehidupan makhluk yang ada di bumi. Tanpa adanya air semua
makhluk hidup yang ada mati.
3. Garam
Keberadaan garam mampu mempengaruhi
suatu organisme dalam proses osmosis. Ada beberapa organisme yang mampu
beradaptasi dengan lingkungan dengan kandungan garam yang tinggi.
4. Tanah
dan batu
Karakteristik yang ada pada tanah
mampu memberikan pengaruh terhadap penyebaran organisme yang ada berdasarkan
kandungan yang ada pada tanah dan batu tersebut. Beberapa faktor yang
mempengaruhi tersebut adalah pH tanah dan struktur fisik tanah serta kondisi
mineral yang dikandung oleh tanah.
5. Cahaya
matahari
Tidak dapat dipungkiri bahwa sinar
matahari merupakan satu-satunya energi yang memberikan kehidupan bagi organisme
yang hidup di bumi ini. Salah satu contohnya adalah pada proses fotosintesis
yang terjadi pada tumbuhan. Tanpa adanya fotosintesi maka tumbuhan tidak bisa
hidup. Padahal tumbuhan merupakan produsen bagi organisme lainnya yang tidak
dapat digantikan oleh yang lainnya.
6. Iklim
Iklim merupakan kondisi cuaca suatu
daerah dalam jangka waktu yang lama. Iklim menentukan tingkat toleransi
kehidupan suatu organisme.
2.
Komponen
Biotik
1. Organisme
Autotroph
Organisme ini adalah jenis
organisme yang bisa membuat atau menyintesa makanan sendiri mengandalkan cahaya
matahari, air dan komponen udara sekitar. Organisme autotrof pada ekosistem
yang ada di padang rumput adalah tanaman atau rumput. Rerumputan ini pun hidup
beradaptasi dengan kelembaban lingkungan yang memiliki curah hujan yang tidak
teratur.
2. Organisme
Heterotrof.
Organisme jenis ini adalah hewan
pemakan rumput yang ada di padang rumput. Hewan tersebut adalah seperti zebra,
rusa, kanguru, bison, dan kuda. Hidup hewan ini bergantung pada rumput-rumput
yang hidup di sekitar mereka. Organisme heterotrof yang lain adalah hewan
pemangsa yang menjadi konsumen kedua setelah hewan pemakan rumput. Hewan yang
menjadi organisme heterotof tingkat kedua seperti singa, anjing liar, ular, dan
manusia. Hewan pemangsa yang berkeliaran di padang rumput ini menggantungkan
hidup pada hewan-hewan pemakan rumput yang menjadi target mangsa mereka.
Tidak hanya hewan pemangsa saja
yang menjadi organisme autotrof. Manusia juga termasuk dalam organisme autotrof
tingkat ke dua karena manusia tidak mampu menghasilkan makanan sendiri. Namun
manusia mampu menggunakan akalnya untuk memanipulasi makanan.
3. Pengurai
Komponen terakhir adalah dekomposer
atau pengurai. Sebenarnya pengurai termasuk dalam organisme heterotrof, yaitu organisme
yang tidak bisa membuat makanan sendiri. Tugas dari organisme yang satu ini
adalah menguraikan bahan organik dari benda hidup yang sudah mati (misal: hewan
mati, daun, batang pohon, dll).
Contoh dari pengurai pada ekosistem padang rumput
ini adalah jamur dan bakteri. Mereka akan menyerap sebagian hasil penguraian
dan membuang beberapa bahan sederhana untuk digunakan kembali oleh produsen
(tanaman/rumput). Penggunaan yang dilakukan oleh produsen bermaksud sebagai
tambahan makanan yang diperlukan oleh organisme autotrof untuk bertahan hidup.
Flora Dan Fauna Di Padang Rumput
Oleh karena porosita (wilayah
terbuka) dan drainase (sistem perairan) yang cenderung tidak teratur, maka
tanaman yang tumbuh di wilayah padang rumput juga terbatas. Tumbuhan yang masuk
ke dalam ekosistem padang rumput ini didominasi rerumputan yang pendek
antara lain grama, buffalo grasees dan masih banyak lagi lainnya. Meski
demikian, padang rumput juga dihuni beberapa jenis tumbuhan, hanya saja oleh
karena keberadaan rumput yang paling dominan sehingga ia disebut Padang Rumput.
Nama
padang rumput bermacam-macam seperti stepa di Rusia Selatan, puzta di Hongaria,
prairi di Amerika Utara dan pampa di Argentina.
Salah satu
jenis tumbuhan unik yang ditemukan di wilayah padang rumput adalah akasia. Ia
merupakan genus semak-semak dan juga pohon. Akasia pertama kali ditemukan di
wilayah Afrika. Akasia dikenal dengan durinya. Tumbuhan akasia ini dibagi lagi
ke dalam beberapa varian yang jumlahnya mencapai 1.300 spesies dan tersebar di
seluruh dunia. Akasia banyak dijumpai tumbuh lebat di padang rumput. Ia
memiliki ciri khas daun yang berukuran kecil. Akasia ini sangat bermanfaat dan
bahkan pohonnya menjadi komoditas yang banyak dicari.
Sementara
itu, hewan atau fauna yang menghuni ekosistem padang rumput cukup
beragam. Biasanya mereka adalah hewan yang menjadikan rumput sebagai makanan
utama. Misalnya saja zebra, domba dan kanguru di Australia, bison dan kuda
liar (mustang) di Amerika,
gajah
dan jerapah di Afrika,
dan masih banyak lagi lainnya. Oleh karena keberadaan hewan karnivora tersebut
sehingga beberapa binatang pemangsa daging juga hidup di tempat ini. Hewan
karnivora tersebut adalah cheetah, singa, anjing liar, serigala dan masih
banyak lagi lainnya.
Jenis-jenis
Padang Rumput
1. Stepa
Stepa adalah
suatu dataran tanpa pohon (kecuali yang berada di dekat sungai atau danau),
stepa umumnya ditumbuhi rumput pendek dan Stepa dapat berupa semi-gurun, atau
ditutupi oleh rumput atau semak, atau keduanya, tergantung dari musim dan garis
lintang. Istilah ini juga digunakan untuk menunjukkan iklim pada suatu daerah
yang terlalu kering untuk menunjang suatu hutan, tapi tidak cukup kering untuk
menjadi gurun.VDi
Indonesia, wilayah yang dikenal banyak memiliki stepa adalah Nusa Tenggara
Timur.
2. Sabana
/ Savanna
Savana merupakan
bioma dari tropis. Terletak di daerah yang luas di Afrika, Asia, Australia dan
Amerika Selatan. Di dalamnya tumbuhan serba dominan. Namun demikian, tidak
kekurangan pohon, meskipun ini tersebar. Dasar savana yang berlempung dan tahan
air. Karakteristik sendiri bioma ini adalah alternasi dari rumput lembab dan
kekeringan. rumput kering sangat tandus, karakteristik yang memfasilitasi
penyebaran api. Api mudah membuat pertumbuhan rumput dan menahan perkembangan
pohon, mempercepat mineralisasi dari tanah dan pertumbuhan tanaman yang
beradaptasi dengan kondisi tersebut.
3. Prairi
/ Prairie
Prairi adalah
padang rumput yang wilayah tanahnya datar, landai, atau berbukit terutama
ditutupi oleh rumput tinggi dan tidak banyak pohon. Perintis yang pertama kali
melihat padang rumput datar Amerika Tengah Barat disebut mereka 'laut rumput.
"prairi juga disebut salah satu jenis utama vegetasi alam atau bioma (lain
termasuk hutan, semak gurun, dan tundra). Padang rumput adalah daerah di mana baik
jumlah curah hujan tahunan rendah (10-20 inci) atau rumput tidak rata curah
hujan musiman mendukung dan tanaman herba di atas pertumbuhan pohon. Dalam
beberapa tempat, kondisi tanah atau geologi juga nikmat padang rumput atas
jenis vegetasi. Padang rumput yang prairi ditemukan di setiap benua kecuali
Antartika.
4. Pampa
Pampa adalah
bioma padang rumput yang memliki bentuk datar, Hal ini ditemukan terutama di
Argentina dan meluas ke Uruguay. Kata Pampa berasal dari kata India Guaran
tingkat polos. Suhu rata-rata di Pampa adalah 18 ° C. Pampas memiliki 'matahari
tinggi' atau musim kering di musim panas, yang di belahan bumi selatan pada
bulan Desember. Angin berhembus sebagian besar waktu. Iklim di Pampas yang
lembab dan hangat.
2.2.1.2 Hutan
Hujan Tropis
|
Hutan
Hujan Tropis adalah hutan basah atau lembab yang terdapat di kawasan
sekitar katulistiwa. Basah dan lembab lantaran curah hujan yang tinggi.
Sedangkan kawasan katulistiwa di sini adalah area yang terletak hingga 10
derajat di utara maupun selatan garis katulistiwa.
Hutan hujan tropis sering disebut juga sebagai hutan hujan tropika,lowland
equatorial evergreen rainforest, tropical lowland evergreen
rainforest, atautropical rainforest.
Hutan hujan
tropis dapat ditemukan di Afrika, Asia, Australia, serta Amerika Tengah dan
Selatan. Hutan hujan terbesar di dunia adalah hutan hujan Amazon. Indonesia pun
menjadi negara dengan luas hutan hutan tropis terbesar keempat di dunia. Negara-negara
di dunia dengan luasan hutan hujan tropis terbesar di dunia, secara berurutan,
adalah : Brazil, Kongo, Peru, Indonesia, Kolombia, Papua Nugini, Venezuela,
Bilivia, Meksiko, dan Suriname
Hutan hujan tropis adalah hutan yang memiliki keanekaragaman
tumbuhan yang sangat tinggi, atau hutan dengan pohon-pohon yang tinggi,
iklim yang lembab, dan curah hujan yang tinggi (Zaenuddin, 2008).
Pada hutan hujan tropis terdapat berbagai kehidupan hewan
serangga yang jumlahnya tak terhitung dan kadang-kadang memiliki warna
yang indah sekali. Selain itu banyak juga terdapat katak pohon, kadal, ular,
burung, tupai, monyet, dsb. Sebagian besar hidup hewan-hewan tersebut di
atas pohon dan sangat jarang turun untuk menyentuh tanah selama hidupnya.
Tumbuhan penyusun dari hutan hujan ini dapat berganti daun-daunya setiap
tahunnya secara individual. Namun demikian tidak terdapat perubahan
musiman yang teratur dan tidak juga berpengaruh terhadap seluruh vegetasi
yang ada. Sepanjang tahun terjadi pembungaan dan pembentukkan buah, meskipun
ada kecenderungan setiap tumbuhannya memiliki musim pembuahan pada waktu-waktu
tertentu dan tidak sama untuk masing- masing jenis tumbuhan. Proses
demikian disebut dengan gejala cauliflory (berbunga dan berbuah pada
batang atau dahan-dahan yang telah tua dan tidak berdaun lagi). Proses dan
siklus yang demikian itu merupakan gejala yang sangat umum dalam wilayah
hutan hujan tropis (Ardiananda, 2008).
Tumbuhan Penyusun Hutan Hujan Tropis
Tumbuhan utama penyusun hutan hujan tropis yang basah
(lembab), biasanya terdiri atas tujuh kelompok utama, yaitu :
1.
Pohon-pohon Hutan
Pohon-pohon ini merupakan komponen
struktural utama, kadang-kadang untuk mudahnya dinamakan atap atau tajuk
(canopy). Kanopi ini terdiri dari tiga tingkatan, dan masing-masing tingkatan
ditandai dengan jenis pohon yang berbeda. Tingkatan A merupakan tingakatan
tumbuhan yang menjulang tinggi, dengan ketinggian lebih dari 30 meter.
Pohon-pohonnya dicirikan dengan jarak antar pohon yang agak berjauhan dan
jarang merupakan suatu lapisan kanopi yang bersambung. Tingkatan B merupakan
tumbuhan dengan ketinggian antara 15-30 meter. Kanopi pada tingkatan ini
merupakan tajuk-tajuk pohon yang bersifat kontinu (bersambung) dan membentuk
sebuah massa yang dapat disebut sebagai sebuah atap (kanopi). Sedangkan
tingkatan C merupakan tumbuhan dengan ketinggian antara 5-15 meter. Tingkatan
ini dicirikan dengan bentuk pohon yang kecil dan langsing, serta memiliki tajuk
yang sempit meruncing. Tingkatan-tingkatan kanopi hutan hujan tropis sebenarnya
sukar sekali dtentukan secara pasti. Hal ini disebabkan oleh ketinggian pohon
yang tidak seragam seperti telah disebutkan dalam pembagian tingkatan di atas.
Pengamatan tingkatan kanopi di atas hanyalah bersifat kausal saja.
2.
Terna
Terna
adalah tumbuhan berbatang lunak tidak berkayu atau hanya mengandung sedikit
sekali sehingga pada akhir masa tumbuhnya mati sampai ke pangkalnya tanpa ada
bagian batang yang tertinggal di atas tanah. Pada bagian hutan yang kanopinya
tidak begitu rapat, memungkinkan sinar matahari dapat tembus hingga ke lantai
hutan. Pada bagian ini banyak tumbuh dan berkembang vegetasi tanah yang
berwarna hijau yang tidak bergantung pada bantuan dari luar. Tumbuhan yang
demikian hidup adalah iklim yang lembab dan cenderung bersifat terna seperti
paku-pakuan dan paku lumut (Selagenella spp.) dengan bagian dindingnya sebagian
besar terdiri dari tumbuhan berkayu. Terna dapat membentuk lapisan tersendiri,
yaitu lapisan semak-semak (D), terdiri dari tumbuhan berkayu agak tinggi.
Lapisan kedua yaitu semai-semai pohon (E) yang dapat mencapai ketinggian 2
meter.
Lapisan semak-semak sering mencakup
beberapa terna besar seperti Scitamineae (pisang, jahe, dll.) yang tingginya
dapat melebihi 5 meter. Meskipun kondisi iklim mikronya panas dan lembab, namun
perkembangan terna dalam wilayah hutan hujan tropis kurang baik. Hal ini disebabkan
kurangnya pencahayaan matahari untuk membantu proses fotosintesisnya.
Persebaran terna yang baik terdapat pada wilayah terbuka dengan air yang cukup
melimpah atau pada tebing-tebing terjal, dimana sinar matahari leluasa mencapai
lantai hutan.
3.
Tumbuhan Pemanjat
Tumbuhan
ini bergantung dan menunjang pada tumbuhan utama dan memberikan hiasan utama
pada hutan hujan tropis. Tumbuhan pemanjat ini lebih dikenal dengan sebutan
Liana. Tumbuhan ini dapat tumbuh baik, besar dan banyak, sehingga mampu
memberikan salah satu sifat yang paling mengesankan dari hutan hujan tropis.
Tumbuhan ini dapat berbentuk tipis seperti kawat atau berbentuk besar sebesar
paha orang dewasa. Tumbuhan ini seperti menghilang di dalam kerimbunan dedaunan
atau bergantungan dalam bentuk simpul-simpul tali raksasa (ingat dalam film
Tarzan, the Adventure). Sering pula tumbuhan ini tumbuh di percabangan
pohon-pohon besar. Beberapa diantaranya dapat mencapai panjang sampai 200
meter.
4.
Epifita
Tumbuhan ini tumbuh melekat pada
batang, cabang atau pada daun-daun pohon, semak, dan liana. Tumbuhan ini hidup
diakibatkan oleh kebutuhan akan cahaya matahari yang cukup tinggi. Beberapa
dari tipe ini hidup di atas tanah pada pohon- pohon yang telah mati. Tumbuhan
ini pada umumnya tidak menimbulkan pengaruh buruk terhadap inang yang
menunjangnya. Tumbuhan ini pun hanya memainkan peran yang kurang berarti dalam
ekonomi hutan.
Namun demikian, epfita memainkan peranan penting dalam
ekosistem sebagai habitat bagi hewan. Epifit pun memainkan peranan penting dan
sangat menarik untuk menunjukkan adaptasi struktural terhadap habitatnya.
Jumlah jenisnya lebih beraneka ragam, biasanya melibatkan kekayaan jenis-jenis
tumbuhan spora, baik dari golongan yang rendah maupun paku-pakuan dan tumbuhan
berbunga termasuk diantaranya semak-semak. Kehadiran epifit dalam ukuran yang
luas lagi digunakan untuk membedakan antara hutan hujan tropis dengan komunitas
hutan di daerah iklim sedang.
5.
Pencekik Pohon
Tumbuhan pencekik memulai kehidupannya sebagai epifita,
tetapi kemudian akar- akarnya menancap ke tanah dan tidak menggantung lagi pada
inangnya. Tumbuhan ini sering membunuh pohon yang semula membantu menjadi
inangnya. Tumbuhan pencekik yang paling banyak dikenal dan melimpah jumlahnya,
baik dari segi jenis ataupun populasinya, adalah Fircus spp. yang memainkan
peranan penting baik dalam ekonomi maupun fisiognomi hutan hujan tropis.
Biji-biji dari tumbuhan pencekik ini berkecambah diantara dahan-dahan pohon
besar yang tinggi atau semak yang merupakan inangnya. Pada stadium ini
tumbuhan pencekik masih berupa epifit, namun akar-akarnya bercabang-cabang
dan menujam ke bawah melalui batang- batang inangnya hingga mencapai
tanah. Kemudian batang-batang pohon itu tertutup dan terjalin oleh akar-akar
tumbuhan pencekik dengan sangat kuat. Setelah beberapa waktu tertentu
inang pohon pun akan mati dan membusuk meninggalkan pencekiknya. Sementara
itu tajuk tumbuhan pencekik menjadi besar dan lebat.
6.
Saprofita
Tipe
tumbuhan ini mendapatkan zat haranya dari bahan organik yang telah mati bersama-sama
dengan parasit-parasit. Tumbuhan ini merupakan komponen heterotrof yang tidak
berwarna hijau di hutan hujan tropis. Jenis tumbuhan ini terdiri atas cendawan
atau jamur (fungi), dan bakteri. Tumbuhan ini dapat membantu terjadinya
penguraian organik, terutama yang hidup di dekat permukaan lantai hutan. Namun
beberapa jenis anggrek tertentu, suku Burmanniaceae dan Gentianaceae,
jenis-jenis Triuridaceae dan Balanophoraceae yang sedikit mengandung klorofil
dapat hidup dengan cara saprofit yang sama. Tumbuhan ini banyak ditemukan pada
lantai hutan yang memiliki rontokkan daun-daun yang cukup tebal dan terjadi
pembusukkan yang nyata. Tumpukan dedaunan tersebut dapat dijumpai pada
rongga-rongga atau sudut-sudut diantara akar-akar banir pohon-pohon.
7.
Parasit
Jenis tumbuhan ini biasanya mengambil unsur hara dari pohon
inangnya untuk kelangsungan hidupnya. Tumbuhan ini hidupnya hanya untuk
merugikan tumbuhan inangnya. Tumbuhan ini dapat berupa cendawan dan bakteria
yang digolongkan dalam 2 sinusia penting. Pertama adalah parasit akar yang
tumbuh di atas tanah dan yang kedua adalah setengah parasit (hemiparasit) yang
tumbuh seperti epifita di atas pohon. Parasit akar jumlahnya sangat
sedikit dan tidak seberapa penting artinya, namun bila dikaji secara
mendalam akan sangat menarik sekali. Hemiparasit yang bersifat seperti
epifit jenisnya sangat banyak sekali dan jumlahnyanya pun melimpah ruah
serta banyak dijumpai di seluruh hutan hujan tropis. Kebanyakan
hemiparasit adalah dari suku benalu (Loranthaceae).
Komponen Penyusun Hutan Hujan Selain
Tumbuhan
1. Hewan
Hutan hujan menyediakan makanan untuk hewan, sehingga hutan
hujan tropis di jadikan rumah bagi berbagai jenis hewan di antarnya mamalia,
reptile, burung, amphibi, serangga dan ikan yang hidup di perairan hutan hujan
tropis.
Perairan hutan hujan tropis termasuk sungai, anak sungai,
danau, dan rawa-rawa adalah rumah bagi mayoritas spesies ikan air tawar. Lembah
sungai Amazon sendiri memiliki 3000 spesies yang diketahui dan kemungkinan
spesies yang tidak teridentifikasi dalam jumlah yang sama.
Banyak ikan tropis yang dipelihara di akuarium air tawar
berasal dari hutan hujan. Ikan seperti Angelfish, Neon Tetras, Discus, dan lele
pemakan ganggang berasal dari hutan hujan tropis di Amerika Selatan, sedangkan
Danios, Gurameh, Siamese Fighting Fish (atau Betta), dan Clown Loach berasal
dari Asia.
Kebanyakan dari hewan yang ditemukan di hutan hujan adalah
serangga. Sekitar seperempat dari seluruh spesies hewan yang telah diberi nama
dan dideskripsikan oleh ilmuwan adalah kumbang. Hampir 500.000 jenis kumbang
diketahui ada.
Karena pohon-pohon yang terdapat di hutan tropis rata-rata
tinggi dan permukaan tanahnya relatif sering tergenang oleh air, maka hewan
yang banyak hidup di daerah hutan basah ini adalah hewan-hewan pemanjat sejenis
primata, seperti; gorilla, monyet, simpanse, siamang, dan primata lainnya.
2. Manusia
Hutan Hujan
Hutan hujan tropis merupakan rumah bagi manusia pedalaman
yang bergantung pada sekitar mereka untuk makanan, tempat berlindung, dan
obat-obatan. Saat ini hanya sedikit manusia hutan yang hidup dengan cara
tradisional; kebanyakan telah digantikan dengan para penetap dari luar atau
telah dipaksa oleh pemerintah untuk menyerahkan gaya hidup mereka.
Dari sisa-sisa manusia hutan yang ada, Amazon memiliki jumlah
populasi yang terbesar, walau orang-orang tersebut juga telah dipengaruhi oleh
dunia modern. Sementara mereka masih menggunakan hutan sebagai tempat untuk
berburu dan mengumpulkan makanan, kebanyakan Ameridian, panggilan yang biasa
ditujukan pada mereka, menanam hasil bumi (seperti pisang, manioc, dan beras),
menggunakan barang-barang dari Barat (seperti panci, penggorengan, dan perkakas
metal), dan melakukan kunjungan reguler ke kota-kota untuk membawa makanan dan
barang ke pasar. Walau begitu, manusia-manusia hutan ini dapat mengajarkan
banyak tentang hutan hujan pada kita. Pengetahuan mereka tentang
tanaman-tanaman obat yang digunakan untuk merawat orang sakit tidak ada
tandingannya dan mereka memiliki pemahaman yang luar biasa mengenai ekologi
dari hutan hujan Amazon.
Di Afrika terdapat penghuni hutan asli yang kadang dikenal
dengan nama pygmies. Ukuran tertinggi dari orang-orang ini, juga dikenal
sebagai Mbuti, jarang yang tingginya lebih dari 5 kaki. Ukuran mereka yang
kecil membuat mereka dapat bergerak di dalam hutan dengan lebih efisien bila
dibandingkan dengan orang yang lebih tinggi.
2.2.1.3 Gurun
Ciri-ciri bioma
gurun adalah gersang dan curah hujan rendah (25 cm/tahun). Suhu slang hari
tinggi (bisa mendapai 45°C) sehingga penguapan juga tinggi, sedangkan malam
hari suhu sangat rendah (bisa mencapai 0°C). Perbedaan suhu antara siang dan
malam sangat besar.
Ekosistem yang satu ini berada di wilayah tropis yang
bersinggungan dengan padang rumput. Jenis ekosistem yang satu ini banyak
ditemui di wilayah Afrika Utara, Australia, juga Asia bagian barat. Adapun
ciri-ciri dari ekosistem gurun ini adalah sebagai berikut:
1.
Tingkat curah hujannya sangat rendah yakni tak lebih dari
+25 per tahunnya.
2.
Pada wilayah ini terdapat kecenderungan dimana air menguap
dengan cepat daripasa penyerapannya.
3.
Tingkat kelembaban udara sangat rendah.
4.
Tanah sangat tandus dan gersang karena kurangnya kemampuan
untuk mengunci air.
5.
Terdapat perbedaan mencolok antara suhu di malam hari dan
suhu di siang hari.
6.
Keringnya wilayah gurun menjadikannya
tempat yang ideal untuk pengawetan benda-benda peninggalan sejarah serta fosil.
Jika kita mencermati ekosistem gurun ini, kita akan menjumpai
ada banyak tumbuhan yang hidup di sana dan didominasi oleh jenis serofit yakni
tanaman yang sanggup hidup dalam kondisi kekurangan air. Selain itu, di gurun
dijumpai pula tumbuhan menahun berdaun seperti duri contohnya kaktus, atau tak
berdaun dan memiliki akar panjang serta mempunyai jaringan untuk menyimpan
air. Tumbuhan semusim yang terdapat di gurun
berukuran kecil. Sementara itu, hewan yang mendiami ekosistem gurun ini
biasanya binatang yang juga bisa menyimpan air sebagai persediaan dan tahan
terhadap cuaca panas misalnya unta. Hewan lain seperti kadal, ular, biawak,
tikus dan lain-lain yang hidup di gurun ini biasanya aktif di malam hari dan
pada siang hari mereka memilih untuk bersembunyi di dalam lubang.
2.2.1.4 Hutan Gugur
Bioma hutan gugur terdapat di
daerah beriklim sedang dan tersebar di Amerika Timur, Eropa Tengah, dan Asia
Timur. Terdapat di daerah yang memilki 4 musim
(musim semi, panas, gugur dan dingin). Bioma ini memiliki
ciri-ciri suhu yang sangat rendah pada musim dingin dan sangat panas pada musim
panas (-30°C hingga 30°C). Curah hujan tinggi dan merata, serta jenis pohon
yang dapat menggugurkan daunnya pada saat musim panas (pada hutan gugur daerah
tropis) dan pada saat musim dingin (pada hutan gugur iklim sedang). Hewan yang
hidup di bioma ini antara lain tikus, beruang, bajing dan burung. Beberapa
hewan pada bioma ini dapat melakukan hibernasi, yaitu tidur panjang selama
musim dingin dengan terlebih dahulu mengkonsumsi banyak makanan.
Ciri-ciri bioma hutan gugur adalah sebagai berikut :
· Curah
hujan merata antara 750mm – 1.000 mm pertahun
· Pohon-pohon memiliki ciri berdaun lebar,
hijau pada musim dingin, rontok pada musim panas dan memiliki tajuk yang rapat.
· Memiliki musim panas yang hangat dan
musim dingin yang tidak terlalu dingin.
· Jarak antara pohon satu dengan pohon
yang lainnya tidak terlalu rapat/renggang
· Jumlah/jenis tumbuhan yang ada
relatif sedikit
· Memiliki 4 musim, yaitu musim
panas-gugur-dingin-semi
Beberapa jenis tumbuhan utama yang hidup di daerah bioma
hutan gugur misalnya pohon oak,basswood, dan terna berbunga. Fauna yang terdapat di wilayah bioma hutan gugur misalnya Panda (hewan endemik wilayah China),
serangga, burung, bajing, anjing, rusa, racoon (sejenis musang/luwak). Pada setiap pergantian musim
terdapat beberapa perubahan di bioma hutan gugur:
· Saat musim panas pohon-pohon yang
tinggi tumbuh dengan daun lebat dan membentuk tudung, tetapi cahaya matahari
masih dapat menembus tudung tersebut hingga ke tanah karena daunnya tipis.
·
Saat musim gugur menjelang musim dingin, pancaran energi
matahari berkurang, suhu rendah dan air cukup dingin. Oleh karena itu daun-daun
menjadi merah dan coklat, kemudian gugur karena tumbuhan sulit mendapatkan air.
Daun dan buah-buahan yang gugur kelak kemudian menjadi tumpukan senyawa
organik.
·
Saat musim dingin menjadi salju, tumbuhan menjadi gundul,
beberapa jenis hewan mengalami/dalam keadaan hibernasi (tidur
panjang pada waktu musim dingin).
·
Saat musim semi menjelang musim panas, suhu naik, salju
mencair, tumbuhan mulai berdaun kembali, tumbuhan semak mulai tumbuh di permukaan tanah, hewan-hewan yang hibernasi mulai
aktif kembali.
2.2.1.5 Taiga
Taiga
adalah hutan yang
tersusun atas satu spesies seperti konifer, pinus, dan sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit
sekali, sedangkan hewannya antara lain moose, beruang hitam, beruang, rubah, serigala, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan
pada musim
gugur. Taiga banyak ditemukan di belahan bumi utara,
misalnya di wilayah negara Rusia dan Kanada. Bioma Taiga merupakan bioma
terluas dari bioma-boma lain yang ada di bumi. Musim dingin di taiga yang
dingin dan musim panas yang hangat. Taiga mendapat antara 15 dan 30 inci curah
hujan setahun. Di musim panas, suhu bisa mencapai 70-an. Di musim dingin, suhu
bisa sedingin 65 derajat di bawah nol! Taiga ini kadang-kadang disebut konifera atau hutan boreal.
Ciri-ciri Bioma Taiga :
· Mempunyai
musim dingin yang cukup panjang dan musim kemarau yang panas dan sangat singkat
· Selama musim
dingin, air tanah berubah menjadi es dan mencapai 2 meter di bawah permukaan
tanah
· Jenis
tumbuhan yang hidup sangat sedikit, biasanya hanya terdiri dari dua atau tiga
jenis tumbuhan.
Kehidupan flora dan fauna:
·
Didominasi oleh tumbuhan conifer
·
Terletak di daerah sub tropis atau
pegunungan
·
Memiliki musim dingin yang panjang,
musim panas pendek
·
Hewan yang hidup antara lain rusa,
srigala, dll
·
Pohon conifer
·
Bajing
·
Rusa
·
Serigala
·
Gagak hitam
·
Kanada lynx
·
Beruang grizzly
·
Pinus Marten
·
Kelinci snowshoe
·
Cerpelai
Cara
adaptasi:
Pohon
konifer seperti cemara, hemlock, pinus dan cemara biasanya ditemukan di taiga
tersebut. Kebanyakan konifera pohon cemara dan secara
khusus diadaptasi untuk bertahan hidup di bioma ini. Pohon cemara yang
berbentuk kerucut untuk membantu geser salju dari mereka sehingga cabang tidak
akan pecah. Daun atau jarum dari pohon cemara kehilangan air kurang dari jenis
lain dari daun. Hal ini juga membantu mereka bertahan hidup. Beberapa pohon
berdaun lebar seperti birch dan aspen telah disesuaikan dengan taiga, juga.
Kedua pohon ini sangat fleksibel dan tidak mudah pecah ketika ditutupi dengan
es dan salju! Selain karena itu, pohon-pohon di daerah taiga mempunyai daun yang terbentuk seperti jarumdan mempunyai zat lilin dibagian luarnya sehingga
tahan terhadap kekeringan.
Ada banyak
hewan yang membuat taiga rumah mereka. Banyak burung berkembang biak di taiga
pada musim semi dan musim panas. Seperti salju mencair di musim semi, serangga
bertelur di dalam air. Serangga menarik berbagai jenis burung ke taiga
seperti grouse cemara dan
mamalia seperti pinus marten,rusa ,
serigala, nelayan , Kanada lynx ,
dan beruang grizzly dapat
ditemukan di taiga tersebut. Mamalia semua memiliki mantel tebal yang
melindungi mereka dari dingin.
Beberapa
hewan memiliki adaptasi struktural yang membantu mereka bertahan hidup di taiga
tersebut. Cakar lebar lynx Kanada bekerja seperti sepatu salju. Mereka
mendistribusikan berat lynx, dan membantu bergerak dalam salju, itu juga
termasuk untuk berlari menghindar dari predator. Grizzly beruang menghindari
cuaca terdingin dengan masuk ke sarang mereka di musim gugur dan tinggal di
sana sampai awal musim semi. Mereka memiliki lapisan pelindung lemak yang
memungkinkan mereka untuk tinggal di sarang mereka sementara cuaca dingin.
Mereka tidak berhibernasi tetapi hanya tidur ringan dan tetap keluar dari
dingin.
Banyak hewan
yang tetap di taiga sepanjang tahun telah mengembangkan adaptasi fisik yang
membantu mereka bertahan hidup. Kelangsungan hidup di musim dingin taiga
berarti menjaga hangat, yang hewan penduduk paling permanen lakukan dengan
panjang, bulu tebal. Kelangsungan hidup musim dingin juga memerlukan menemukan
makanan dan menghindari predator. Beberapa hewan taiga, seperti kelinci snowshoe
dan cerpelai, berubah warna di musim dingin untuk berbaur dengan lingkungan
bersalju. Hewan ini berubah dari coklat atau abu-abu menjadi putih di musim
dingin untuk memungkinkan kamuflase yang lebih baik.
Banyak hewan
yang tetap di taiga sepanjang tahun telah mengembangkan adaptasi fisik yang
membantu mereka bertahan hidup. Kelangsungan hidup di musim dingin taiga
berarti menjaga hangat, yang hewan penduduk paling permanen lakukan dengan
panjang, bulu tebal. Kelangsungan hidup musim dingin juga memerlukan menemukan
makanan dan menghindari predator. Beberapa hewan taiga, seperti kelinci
snowshoe dan cerpelai, berubah warna di musim dingin untuk berbaur dengan
lingkungan bersalju. Hewan ini berubah dari coklat atau abu-abu menjadi putih
di musim dingin untuk memungkinkan kamuflase yang lebih baik.
Banyak
spesies burung penyanyi dan air berkembang biak unggas di taiga pada musim semi
dan musim panas dan kemudian bermigrasi ke selatan sebelum musim dingin.
Migrasi adalah adaptasi perilaku yang memungkinkan hewan untuk mendapatkan
keuntungan dari lahan basah taiga dan tanaman berlimpah dan serangga tanpa
risiko dari musim dingin yang keras. Di beberapa daerah di taiga itu, rusa
bergerak secara lokal dari satu musim ke musim lain untuk tinggal di daerah
yang lebih terlindung di musim dingin.
Beberapa
mamalia kecil tembolok makanan dan menghabiskan musim dingin di sarang atau
liang. Burrowing dan menyimpan makanan adalah adaptasi perilaku yang membantu
menjamin kelangsungan hidup musim dingin. Tupai adalah hewan makanan terkenal
menyimpan. Moles dan terowongan Tikus liang dalam tanah untuk melayani sebagai
tempat penampungan dari dingin dan dari predator. Lainnya, seperti muskrat,
membangun sarang di mana mereka menghabiskan sebagian besar musim dingin,
menjelajah keluar untuk mencari makanan.
2.2.2.6 Bioma Tundra
Bioma tundra dapat ditemukan di
daerah lingkar kutub utara dan selatan. Tidak terdapat pepohonan yang dapat
tumbuh di bioma ini, selain tumbuhan kecil sejenis rumput dan lumut. Di kutub
utara, bioma ini terletak di sekitar lingkar Artik, Greenland. Sedangkan, di
kutub selatan, hutan jenis ini dapat ditemukan di daerah Antartika dan
pulau-pulau kecil di sekitarnya. Berdasarkan pembagian iklim, bioma tundra
terdapat di daerah beriklim es abadi (EF) dan iklim Tundra (ET).
Ciri-ciri Bioma Tundra
Bioma tundra memiliki ciri-ciri
sebagai berikut, di antaranya hampir semua wilayahnya tertutup oleh salju atau
es, memiliki musim dingin yang panjang dan gelap serta musim panas yang panjang
dan terang dikarenakan gerak semu matahari hanya sampai di posisi 23,5 derajat
LU/LS, usia tumbuh tanaman juga sangat pendek, hanya berkisar antara 30-120
hari (1-4 bulan) saja.
Sedangkan vegetasi yang dapat hidup
di bioma tundra misalnya seperti lumut kerak, rumput teki, tumbuhan terna, dan
semak-semak pendek. Rumput teki, rumput kapas dan gundukan gambut (hillock
tundra) biasa ditemukan di daerah berawa. Sementara untuk semak salik dan
bentula biasanya tumbuh di daerah cekungan yang basah seperti Greenland. Untuk
daerah yang kering, lumut, teki-tekian, ericeceae, serta beberapa tumbuhan yang
berdaun agak lebar biasanya tumbuh dengan liar. Kerak, lumut, alga biasanya terdapat
di lereng-lereng batu.
Fauna yang terdapat di bioma tundra
kebanyakan memiliki bulu dan lapisan lemak yang tebal agar menjaga suhu
tubuhnya tetap hangat. Hal ini dikarenakan iklim es abadi dan iklim tundra yang
terjadi di daerah tundra. Fauna tersebut contohnya rus, rubah, kelinci salju,
hewan-hewan pengerat, hantu elang, dan beruang kutub. Selain mamalia berkaki empat,
muskox, bioma tundra juga mempunyai fauna khas seperti penguin. Sedangkan untuk
yang hidup di air, seperti paus putih dan paus bertanduk. Burung-burung yang
terdapat di sana adalah itik, angsa, burung elang, dan burung hantu.
2.2.2 Ekosistem
Aquatik
Kedalaman
dan arus air pada ekosistem akuatik memberikan
peran penting dalam keberagaman ekosistem akuatik. Organisme akuatik yang hidup
di perairan deras tentu akan berbeda dengan di perairan air tenang.Berdasarkan
cara hidup organisme pada ekosistem perairan, organisme dibedakan menjadi:
1.
Bentos yaitu organisme yang hidup di dasar
perairan, namun dapat bergerak bebas Contoh: bintang laut, cacing air, kerang,
bulu babi
2.
Sesil yaitu organisme yang hidupnya menempel
pada substrat perairan Contoh: Lili laut
3.
Nekton yaitu organisme yang hidup bebas, aktif
bergerak, dan dapat bergerak melawan arus dalam badan air. Contoh: Ikan
4.
Neuston yaitu organisme yang hidup di permukaan
perairan Contoh: eceng gondok, laba-laba air.
5.
Plankton yaitu organisme yang hidup bebas di badan
air ataupun permukaan air namun geraknya mengikuti arus air. Contoh: mikroalga.
6.
Perifiton yaitu organisme yang hidupnya menempel
pada benda yang ada di perairan. Contoh: lumut
2.2.2.1 Ekosistem
Air Tawar
Ekosistem
air tawar memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
· Salinitas
rendah
· kondisi
lingkungan dipengaruhi iklim dan cuaca
· penetrasi
cahaya di perairan kurang
·
variasi suhu tidak menyolok
· Macam tumbuhan yang
terbanyak adalah jenisganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum
hewan terdapat dalam air tawar. Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya
telah beradaptasi
Berdasarkan aliran airnya,
ekosistem air tawar dibagi menjadi:
1.
Ekosistem lotik yaitu ekosistem yang airnya mengalir,
misalnya sungai
2.
Ekosistem lentik yaitu ekosistem yang airnya tidak
mengalir, misalnya danau dan kolam.
Berdasarkan
intensitas cahaya yang diterimanya, ekosistem air tawar dikelompokkan menjadi
litoral, limnetik, dan profundal.
Contoh Ekosistem Air Tawar :
A.
Sungai
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke
satu arah.Air sungai dingin dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan
makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan memberikan oksigen pada air.
Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang. Ekosistem sungai dihuni oleh hewan seperti ikan
kucing, gurame, kura-kura, ular, buaya
B.
Lahan basah atau “Wetlands”
Merupakan suatu bentuk ekosistem yang
unik yang berbeda dengan daratan dan lautan. Bentuk utama yang sering dijumpai
pada lahan basah berupa lahan gambut, rawa, hutan mangrove, lahan basah
pertanian dan persawahan, danau dan situ, dengan fungsi sebagai tata air dan ekosistem. Lahan basah di
Indonesia paling banyak terdapat di Sumatera, Kalimantan dan Irian Jaya
(Papua). Akibat perubahan fungsi lahan basah yang didorong kepentingan ekonomi
jangka pendek, 10 tahun terakhir sejak 1994, telah terjadi pengurangan sejumlah
10 juta hektar lahan basah dari yang sebelumnya mencapai 40,5 juta hektar.
Untuk mencegah meluasnya kerusakan hutan lahan basah tersebut, diperlukan peran
pemerintah daerah. Kemudian, komitmen kuat dari masing-masing pemerintah daerah
menjadi hal penting dalam upaya penyelamatan lahan basah di Indonesia. Akibat
desentralisasi, peran daerah menjadi lebih kuat dan berdampak positif karena
upaya pengawasan dapat dilakukan secara lebih intensif. Karena terbagi menjadi
daerah kecil-kecil memungkinkan hal tersebut untuk dilakukan. Perlu diketahui,
lahan basah di Indonesia mengalami berbagai tekanan menuju kehancuran dan
deforestasi secara drastis. Laju degradasi hutan mencapai 2 juta hektar per
tahun.Konversi hutan, illegal logging, dan kebakaran hutan merupakan ancaman
utama lahan basah di Indonesia. Konversi hutan dalam skala besar, terutama
dilakukan untuk perkebunan monokulter, terutama sawit, HTI, pertambangan, dan
pertambakan udang. Kebakaran hutan menjadi isu nasional setiap tahun sejak
1996. Musim kemarau dan pembukaan ladang berpindah dituduhkan sebagai penyebab
kebakaran hutan.
Kebakaran hutan yang merupakan kombinasi
faktor kelalaian dan kekeringan terjadi di kawasan gambut. Bekas lahan gambut
sejuta hektar di Kalimantan, yang kini berubah menjadi kering kerontang di
musim kemarau, menjadi langganan kebakaran hutan tiap tahunnya. Lahan basah
memiliki peranan yang penting dalam menyumbang keragaman hayati, pengatur iklim
dunia, sumber pangan, sumber sirkulasi air, sumber perikanan, dan obat-obatan
bagi masyarakat setempat. Masyarakat lokal memiliki tingkat ketergantungan
kehidupan yang cukup besar pada ekosistem lahan basah. Waktu Singkat Di
beberapa tempat, terdapat kearifan lokal dan sistem pengelolaan dalam
memanfaatkan sumberdaya yang ada. Namun demikian, tidak semua masyarakat yang
hidup bergantung pada ekosistem lahan basah memiliki pengaturan dan kepedulian
terhadap keberlanjutan ekosistem lahan basah. Pola pemanfaatan yang bersifat
merusak dan eksploitatif berlangsung, baik oleh masyarakat setempat maupun
pendatang, tanpa ada upaya pencegahan. Alih fungsi lahan basah (konversi)
berlangsung begitu saja dalam waktu singkat. Dibandingkan ekosistem hutan
daratan tinggi, rasa kepemilikan terhadap lahan basah oleh masyarakat setempat
tidak begitu kuat. Interaksi budaya dan konsep religi masyarakat terhadap hutan
dataran tinggi lebih kuat dibandingkan terhadap ekosistem lahan basah. Pada
sejumlah lahan basah, tidak ditemukan pararaksonomi, organisasi tani maupun
kelembagaan sosial yang terkait dengan lahan basah. Ekosistem lahan basah
dipandang sebagai tanpa pemilik, belum tergarap dan terlantar. Pandangan ini
hampir sejalan dengan Pemerintah yang menganggap lahan basah sebagai lahan
potensial untuk kepentingan produksi, melalui alih fungsi.
Upaya untuk
menyelamatkan hutan lahan basah yang masih tersisa dan menghentikan degradasi
hutan yang telah menyebabkan puluhan juta hektar lahan kritis, paradigma
pembangunan kehutanan dan pandangan masyarakat terhadap hutan itu sendiri harus
berubah. Hutan semestinya
tidak lagi dipandang sebagai sumber pendapatan ekonomi, melainkan sebagai
sumber daya yang berfungsi sebagai perlindungan terhadap sumber produksi
lainnya dan lingkungan. Selain itu, upaya reboisasi atau penghijauan secara
alamiah sangat sesuai untuk rehabilitasi hutan lindung, hutan lahan basah dan taman
nasional. Vegetasi yang tumbuh terdiri atas bermacam-macam jenis sesuai dengan
kondisi tanah dan iklim daerah masing-masing. Dengan cara itu, keragaman hayati
yang selama ini hampir punah secara perlahan bisa hidup dan keberlanjutan
ekosistem lahan basah kian terjamin.
C. Danau
Struktur danau
umumnya mirip dengan struktur laut. Bagian dasar danau yang dangkal disebut
zona litoral, sedangkan bagian danau yang terbuka disebut zona limnetik. Selain
dibagi secara horizontal, sturuktur danau juga di bagi secara vertikal menjadi
zona fotik (cahaya matahari masih bisa berpenetrasi) dan zona amfotik (cahaya
matahari sudah tidak bisa berpenetrasi).
Organisme di
danau antara lain tumbuhan air dan ganggang sebagai organisme fotosintesis, dan
juga zooplankton, berbagai jenis cacing, kerang serangga, dan ikan.
2.2.2.2 Ekosistem
Laut
Ekosistem air laut memiliki ciri
sebagai berikut:
· Memiliki salinitas yang tinggi
· NaCl
sangan mendominasi unsur kimia atau mineral di laut
· Iklim
dan cuaca tidak selalu berpengaruh pada ekosistem laut
· Memiliki
variasi perbedaan suhu di permukaan dengan dasar
Ekosistem air laut
dibedakan atas lautan/laut, pantai, estuari, dan terumbu karang.
A.
Lautan/laut
Dari sisi Bahasa
Indonesia pengertian laut adalah kumpulan air asin dalam jumlah yang banyak dan
luas yang menggenangi dan membagi daratan atas benua atau pulau. Jadi laut
adalah merupakan air yang menutupi permukaan tanah yang sangat luas dan umumnya
mengandung garam dan berasa asin. Pada hewan dan tumbuhan tingkat rendah
tekanan osmosisnya kurang lebih sama dengan tekanan osmosis air laut sehingga
tidak terlalu mengalami kesulitan untuk beradaptasi. Tetapi bagaimanakah dengan
hewan tingat tinggi, seperti ikan yang mempunyai tekanan osmosis jauh lebih
rendah daripada tekanan osmosis air laut. Cara ikan beradaptasi dengan kondisi
seperti itu adalah:
·
banyak minum
·
air masuk ke
jaringan secara osmosis melalui usus.
·
sedikit
mengeluarkan urine.
·
pengeluaran air
terjadi secara osmosis
·
garam-garam
dikeluarkan secara aktif melalui insang
Laut memiliki
banyak fungsi / peran / manfaat bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya karena di dalam dan di atas laut terdapat kekayaan sumber daya alam
yang dapat kita manfaatkan diantaranya yaitu :
Ø Tempat
rekreasi dan hiburan.
Ø Tempat
hidup sumber makanan kita.
Ø Pembangkit
listrik
Ø Tempat
budidaya ikan, kerang mutiara, rumput laut,
dll.
Ø Tempat
barang tambang berada.
Ø Salah
satu sumber air minum (desalinasi).
Ø Sebagai
jalur transportasi air.
Ø Sebagai
tempat cadangan air bumi.
Ø Sebagai
objek riset penelitian dan pendidikan.
Di permukaan
bumi terdapat berbagai macam jenis laut, jenis laut dapat dibedakan berdasarkan
proses terjadinya dan letaknya.
Berdasarkan proses terjadinya perairan laut dapat dibedakan menjadi tiga,
yaitu:
1.
Laut Ingresi,
terjadi karena dasar laut mengalami penurunan. Kedalaman laut ingresi pada
umumnya lebih dari 200 meter. Contoh laut ingresi adalah Laut Maluku dan Laut
Sulawesi.
2.
Laut Transgresi,
terjadi karena permukaan air laut bertambah tinggi. Laut transgresi umumnya
terdiri dari laut dangkal yang kedalamannya kurang dari 200 meter. Contoh laut transgresi
adalah Laut Jawa, Laut Cina Selatan dan Laut Arafura.
3.
Laut Regresi,
terjadi karena laut mengalami penyempitan akibat adanya proses sedimentasi
lumpur yang dibawa oleh sungai.
Berdasarkan
letaknya, perairan laut terdiri dari :
1.
Laut Tepi, yaitu
laut yang terdapat di tepi benua. Contohnya Laut Jepang, Laut Cina Selatan dan
Laut Arab.
2.
Laut Tengah,
yaitu laut yang terletak di antara dua benua. Contohnya Laut Tengah, laut-laut
yang ada di wilayah Indonesia.
3.
Laut Pedalaman,
yaitu laut terletak di tengah-tengah benua dan hampir seluruhnya dikelilingi
oleh daratan. Contohnya Laut Hitam dan Laut Baltik.
B.
Pantai
Ekosistem pantai
letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang surut.
Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut. Organisme
yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat melekat erat
di substrat keras. Adapun pembagian daerah pantai terbagi atas 3, yaitu :
1.
Daerah paling
atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah ini dihuni oleh
beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi konsumsi bagi kepiting
dan burung pantai.
2.
Daerah tengah
pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah. Daerah ini dihuni oleh
ganggang, porifera, anemon laut, remis dan kerang, siput herbivora dan
karnivora, kepiting, landak laut, bintang laut, dan ikan-ikan kecil.
3.
Daerah pantai
terdalam terendam saat air pasang maupun surut. Daerah ini dihuni oleh beragam
invertebrata dan ikan serta rumput laut. Komunitas tumbuhan berturut-turut dari
daerah pasang surut ke arah darat.
C.
Estuari
Estuari
(muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering dipagari
oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. Salinitas air
berubah secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga
dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut aimya. Nutrien dari sungai
memperkaya estuari.
Komunitas
tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton.
Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan.
Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang menjadikan estuari
sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk menuju habitat air tawar. Estuari
juga merupakan tempat mencari makan bagi vertebrata semi air, yaitu unggas air.
D.
Terumbu
Karang
Terumbu karang
adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae. Terumbu
karang termasuk dalam jenis filum Cnidaria kelas Anthozoa yang memiliki tentakel .
Kelas Anthozoa tersebut terdiri dari dua Subkelas yaitu Hexacorallia (atau
Zoantharia) dan Octocorallia, yang keduanya dibedakan secara asal-usul, Morfologi dan Fisiologi .
Koloni karang dibentuk oleh ribuan hewan kecil yang disebut Polip . Dalam bentuk
sederhananya, karang terdiri dari satu polip saja yang mempunyai bentuk tubuh
seperti tabung dengan mulut yang terletak di bagian atas dan dikelilingi oleh Tentakel .
Namun pada kebanyakan ,
satu individu polip karang akan berkembang menjadi banyak individu yang disebut
koloni. Hewan ini memiliki bentuk unik dan warna beraneka rupa serta dapat
menghasilkan CaCO3. Terumbu karang merupakan habitat bagi berbagai spesies tumbuhan laut, hewan laut, dan mikroorganisme laut lainnya yang belum diketahui. Terumbu karang secara umum dapat
dinisbatkan kepada struktur fisik beserta ekosistem yang menyertainya yang secara aktif membentuk sedimen kalsium karbonat akibat aktivitas biologi (biogenik) yang berlangsung di bawah permukaan laut. Bagi ahli geologi ,
terumbu karang merupakan struktur batuan sedimen dari kapur (kalsium karbonat)
di dalam laut, atau disebut singkat dengan terumbu. Bagi ahli biologi terumbu
karang merupakan suatu ekosistem yang dibentuk dan didominasi oleh komunitaskoral .
Wilayah laut dibagi atas beberapa zona :
1. Zona Intertidal
Merupakan area pasang dan surut air
laut disepanjang garis pantai. Pada saat pasang, zona intertidal akan tertutupi oleh air
laut, sedangkan pada saat surut, zona ini akan kering dan terpapar oleh udara
terbuka. Pada zona ini cahaya matahari akan masuk hingga ke dasar perairan
sehingga produktivitas organisme fotosintetik pada zona ini juga tinggi. Kandungan nutrisi cenderung
tinggi karena masukan nutrisi dari estuari dan sungai.
Organisme yang dapat bertahan hidup
dizona ini yaitu, rumput laut, abalon, anemon, kepiting, ganggang hijau,
kerang, timun laut, bintang laut.
2. Zona Neritik
Merupakan area laut dangkal dengan kedalaman sekitar 200m,
berada diantara zona intertidal dan zona pelagic. Dasar laut di zona neritik cenderung
melandai dibandingkan dengan zona pelagik. Pada umumnya, suhu dan salinitas air
laut dizona neritik relatif stabil. Proses fotosintesis berlangsung di zona ini
karena cahaya matahari menembus hingga ke dasar laut. Organisme yang dapat
hidup terumbu karang, lebih dari 4000 spesies ikan, spons, Cnidaria, cacing,
udang, moluska, bintang laut, bulu babi, ular laut.
3. Zona Pelagik
Merupakan area laut terbuka yang
memiliki kedalaman 4.000 m.
Zona yang paling tidak produktik dibandingkan dengan zona intertidal dan zona
neritic. Ketiadaan
cahaya matahari berarti tidak ada proses fotosintesis yang menyediakan
energi bagi banyak organisme. Jika di zona neritik diibaratkan hutan hujan
tropis, maka zona pelagik bagaikan bioma gurun.
Organisme
di zona ini hidup dengan cara menyaring makanan, memakan bangkai, atau memangsa
organisme lainnya. Banyak organisme di zona ini yang mempunyai ukuran tubah
yang sangat besar. Contoh nya cui-cumi raksasa yang mempunyai panjang hingga
18m.
Berdasarkan
intensitas cahaya matahari yang menembus air, ekosistem air laut dibagi menjadi
beberapa zona (daerah), yaitu :
a. Zona fotik, merupakan daerah yang dapat ditembus cahaya matahari, kedalaman air
kurang dari 200 meter. Organisme yang mampu berfotosintesis banyak terdapat di
zona fotik.
b. Zona twilight, merupakan daerah dengan kedalaman air 200 – 2.000 meter. Cahaya
matahari remang-remang sehingga tidak efektif untuk fotosintesis.
c. Zona afotik, merupakan daerah yang tidak dapat ditembus cahaya matahari sehingga
selalu gelap. Kedalaman air lebih dari 2.000 meter.
Pembagian zona ekosistem air laut dimulai dari pantai hingga ke tengah
laut yaitu sebagai berikut.
a. Zona litoral (pasang surut), merupakan daerah yang terendam saat terjadi pasang
dan seperti daratan saat air laut surut. Zona ini berbatasan dengan daratan dan
banyak dihuni kelompok hewan, seperti bintang laut, bulu babi, udang, kepiting,
dan cacing laut.
b. Zona neritik, merupakan daerah laut dangkal, kurang dan 200 m. Zona ini dapat
ditembus cahaya matahari dan banyak dihuni ganggang laut dan ikan.
c. Zona batial, memiliki kedalaman air 200 m – 2.000 m dan keadaannya remang-remang.
Di zona ini tidak ada produsen, melainkan dihuni oleh nekton (organisme yang
aktif berenang), misalnya ikan.
d. Zona abisal, merupakan daerah palung laut yang keadaannya gelap. Kedalaman air di
zona abisal lebih dan 2.000 m. Zona ini dihuni oleh hewan predator, detritivor
(pemakan sisa organisme), dan pengurai.
2.2.3
Ekosistem Buatan
Ekosistem buatan
merupakan ekosistem yang diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya.
Ekosistem ini tidak terbentuk secara alami, tetapi dibuat oleh manusia untuk
diambil manfaatnya. Contoh : sawah, waduk, tambak, perkebunan kopi, dan hutan
tanaman produksi (jati dan karet).
Ekosistem buatan ini memiliki ciri khas yaitu komponen ekosistem yang
berada di dalamnya mendapatkan energi dari luar ekosistemnya.
contohnya ekosistem aquarium yang air, oksigen dan makanan berasal dari
pemberian si pemilik auqrium. Selain itu, ekosistem
buatan juga memiliki ciri keanekaragaman hayatinya rendah atau kecil,
coba lihat saja ekosistem sawah, kalau tidak padi ya mungkin rumput atau ular
dan belalang, sedikit jenisnya. Sudah gitu, hewan dan tanaman di dalam ekosistem buatan ini
biasanya akan didominasi oleh manusia si pembuat ekosistem
tersebut.
Ekosistem buatan memiliki beberapa
contoh :
1.
Waduk/bendungan
Suatu ekosistem buatan yang berupa
bangunan penahan atau penimbun air untuk berbagai keperluan, misalnya untuk
irigasi, pembangkit listrik, tempat rekreasi, dan sarana olahraga. Selain itu,
waduk merupakan ekosistem baru dengan substrat dasar biasanya berasal dari
kebun atau sawah maupun hutan dengan sifat geologi yang berbeda-beda. Waduk jatiluhur
di Jawa Barat contohnya Bendungan
untuk irigasi
2.
Hutan
Tanaman Produksi
Hutan tanaman merupakan vegetasi
yang terdiri atas tanaman budidaya bernilai tinggi yang dengan sengaja ditanam pada kawasan
tertentu. Biasanya jenis tanaman yang dibudidayakan bernilai tinggi, seperti
tanaman jati, mahoni, pinus, dammar, rasamala, ampupu, manglit, dan puspa.
3.
Agroekosistem
Agroekosistem merupakan ekosistem
yang dengan sengaja dibuat untuk keperluan pertanian, misalnya sawah irigasi,
sawah tadah hujan, sawah surjan, sawah rawa, sawah pasang surut, perkebunan
(teh, kopi kelapa sawit, dan karet), kolam tambak, ladang, dan pekarangan.
4.
Pemukiman
Pemukiman
adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang
berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dantempat kegiatan yang
mendukung perikehidupan dan penghidupan. Pemukiman di sini termasuk komplek perumahan, desa, kota,
dll.
2.3
Energi dalam
Ekosistem
2.3.1
Aliran Energi Dan Materi Dalam Ekosistem
Aliran
Energi dalam Ekosistem adalah proses berpindahnya energi dari suatu tingkat
trofik ke tingkat trofik berikutnya yang dapat digambarkan dengan rantai
makanan atau dengan piramida biomasa. Ekosistem mempertahankan diri dengan
siklus energi dan nutrisi yang diperoleh dari sumber eksternal. Pada tingkat
trofik pertama, produsen primer (tumbuhan, alga, dan beberapa bakteri)
menggunakan energi matahari untuk menghasilkan bahan tanaman organik melalui
fotosintesis. Hewan Herbivora yang makan hanya pada tanaman membuat tingkat
trofik kedua. Predator yang memakan herbivora terdiri dari tingkat trofik
ketiga, jika predator yang lebih besar hadir, mereka mewakili tingkat trofik
lebih tinggi lagi. Organisme yang makanan pada beberapa tingkat trofik
(misalnya, beruang grizzly yang memakan buah dan salmon) diklasifikasikan pada tingkat
trofik tertinggi di mana mereka makan. Dekomposer, yang meliputi bakteri,
jamur, jamur, cacing, dan serangga, memecah limbah dan organisme mati dan
mengembalikan nutrisi ke dalam tanah. Tenaga atau energi dibutuhkan oleh seluruh organisme
untuk melakukan suatu usaha atau aktivitas. Sebagai contoh, tumbuhan
membutuhkan energi dari cahaya matahari, hewan dan manusia membutuhkan energi
yang dihasilkan dai proses pengolahan makanan di dalam tubuh.
Energi yang terdapat di lingkungan
sekitar, memiliki bentuk yang
bermacam-macam, seperti energi cahaya, energi listrik, energi kimia, energi
panas, dan sebagainya. Setiap bentuk energi dapat diubah menjadi bentuk energi
lainnya. para ilmuwan yang mempelajari perubahan energi tersebut menemukan
fenomena bahwa energi tidak dapat diciptakan. Fenomena ini juga berlaku di
dalam suatu ekosistem. Setiap organisme mendapatkan energinya dengan cara
mengubah energi yang berasal dari lingkungannya, seperti tumbuhan yang
bergantung pada cahaya matahari atau hewan dan manusia yang membutuhkan makanan
sebagai sumber energinya.
Macam-Macam
Aliran Energi :
8.
Tingkat Trofik
Interaksi antara organisme dengan lingkungan dapat
terjadi karena adanya aliran energi. Aliran energi adalah jalur satu arah dari
perubahan energi pada suatu ekosistem. Proses aliran energi antarorganisme
dapat terjadi karena adanya proses makan dan dimakan. Proses makan dan dimakan
terjadi antara satu kelompok organisme dengan kelompok organisme lainnya.
Setiap kelompok organisme yang memiliki sumber makanan tertentu disebut dengan
tingkat trofik. Dalam suatu ekosistem terdapat beberapa macam tingkat trofik
seperti produsen, konsumen dan decomposer.
·
Produsen
Energi memasuki suatu ekosistem dimulai dari energi radiasi (cahaya
matahari) yang sebagian diserap oleh tumbuhan, ganggang, dan organisme
fotosintetik lainnya. Energi cahaya matahari kemudian diubah menjadi energi
kimia melalui proses fotosintetik. Energi kimia tersebut disimpan dalam bentuk
senyawa organic seperti molekul glukosa. Molekul glukosa kemudian dipecah dan
digunakan sebagai sumber energi untuk melakukan aktivitas seperti tumbuh dan
berkembang, bernapas, memperbaiki jaringan yang rusak, dan lain sebagainya.
Seluruh organisme berklorofil seperti tumbuhan dan ganggang hijau yang dapat
mengolah makanannya melalui proses fotosintesis disebut organisme autotrof atau
dalam suatu ekosistem disebut dengan produsen.
·
Konsumen
Organisme seperti hewan membutuhkan makanan berupa organisme lain (tumbuhan
atau hewan lain) sebagai sumber energinya. Organisme yang tidak dapat mengolah
makanannya disebut organisme heterotrof atau konsumen. Konsumen dalam suatu
ekosistem dapat dikelompokkan menjadi beberapa tingkat. Konsumen tingkat we
(konsumen primer) adalah kelompok organisme yang secara langsung memakan
produsen. Anggota konsumen authority adalah kelompok herbivore atau pemakan
tumbuh-tumbuhan, seperti belalang, kelinci, kambing, dan sebagainya.
Konsumen tingkat II (konsumen sekunder) adalah kelompok organisme yang
memakan konsumen primer. Konsumen tingkat III (konsumen tersier) adalah
kelompok organisme yang memakan konsumen sekunder. Konsumen sekunder dan
tersier beranggotakan kelompok karnivora atau pemakan daging seperti singa,
elang, ular, serigala dan sebagainya.
Selain itu, konsumen primer, konsumen sekunder, dan seterusnya juga dapat
merupakan anggota kelompok omnivore, yaitu organisme yang memakan tumbuhan dan
hewan seperti ayam, manusia, dan sebagainya.
·
Dekomposer atau Detritivora
Beberapa organisme mendapatkan energinya dengan cara memakan detritus atau
materi organic dari organisme lain. Detritus dapat berupa bangkai, feses, daun
busuk, dan lain sebagainya. Organisme yang memakan detritus disebut dengan
detritivora. Organisme detritivora seperti cacing tanah, kutu kayu, kepiting,
dan siput biasanya banyak terdapat di dalam tanah atau di dasar perairan.
Sisa-sisa materi organic tidak hanya dihancurkan oleh detritivora.
Organisme lain seperti bakteri dan jamur juga menggunakan sisa materi organic
tersebut sebagai sember energinya. Organisme yang menggunakan sisa-sisa materi
organic dan produk terdekomposisi
lainnya disebut decomposer atau saprotrof. Detrivora
sering membentuk suatu hubungan utama antara produsen primer dalam suatu
ekosistem. Di sungai, misalnya banyak diantara bahan organik yang digunakan
oleh konsumen, disediakan oleh tumbuhan terestial yang memasuki ekosistem
sebagai dedaunan dan serpihan-serpihan lain yang jatuh ke dalam air atau
tercuci oleh aliran permukaan. Seekor udang karang mungkin bisa memeakan
detritus tumbuhan didasar sebuah sungai atau danau yang kemudian udang karang
tersebut dimakan oleh seekor ikan. Dalam sebuah hutan, burung kemungkinan
memakan cacing tanah yang telah memakan sampah dedaunan dipermukaan tanah.
Berdasarkan atas pemahaman tingkat trofik, maka
organisme dalam ekosistem dikelompokkan sebagai berikut:
1.
Tingkat trofik pertama, yaitu semua
organisme, maka organisme sebagai produsen. Semua jenis tumbuhan hijau
membentuk tingkat trofik pertama.
2.
Tingkat trofik
kedua, yaitu semua organisme yang berstatus sebagai herbivora. Semua herbivora
(konsumen primer) membentuk tingkat trofik kedua.
3.
Tingkat trofik
ketiga, yaitu semua organisme yang berstatus sebagai karnivora (konsumen sekunder).
4.
Tingkat trofik
keempat,
yaitu semua organisme yang berstatus sebagai perombak (dekomposer dan
transformer) atau semua mikroorganisme).
2.4
Rantai Makanan dan Jaring-Jaring Makanan
Dalam ekosistem hanya tumbuhan hijau
yang mampu menghasilkan makanan sendiri melalui proses fotosintesis dengan
bantuan air, karbondioksida, klorofil dan cahaya matahari. Mahluk
hidup lain memperoleh makanan dengan melalui proses interaksi dengan mahluk
hidup lain melalui pola-pola interaksi tertentu. Hal ini disebabkan
karena mahluk hidup sebagai mahluk sosial tidak dapat hidup
tanpa peran mahluk hidup lain. Salah satu bentuk interaksi antar
mahluk hidup tersebut adalah proses makan dan dimakan yang jika disusun secara
berurutan akan membentuk suatu rantai makanan.
2.4.1 Rantai Makanan
Rantai makanan adalah peristiwa makan dan
dimakan antara makhluk
hidup dengan urutan tertentu. Dalam rantai makanan ada makhluk hidup yang
berperan sebagai produsen, konsumen, dan dekomposer. Berikut adalah
contoh sebuah rantai makanan.
Pada rantai
makanan tersebut terjadi proses makan dan dimakan dalam urutan tertentu yaitu
rumput dimakan belalang, belalang dimakan katak, katak dimakan ular dan jika ular
mati akan diuraikan oleh jamur yang berperan sebagai dekomposer menjadi zat
hara yang akan dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk tumbuh dan berkembang.
Tiap
tingkat dari rantai makanan dalam suatu ekosistem disebut tingkat trofik. Pada
tingkat trofik pertama adalah organisme yang mampu menghasilkan zat makanan
sendiri yaitu tumbuhan hijau atau organisme autotrof dengan kata lain sering
disebut produsen. Organisme yang menduduki tingkat tropik kedua disebut
konsumen primer (konsumen I). Konsumen I biasanya
diduduki oleh hewan herbivora. Organisme yang menduduki tingkat tropik ketiga
disebut konsumen sekunder (Konsumen II), diduduki oleh hewan pemakan daging
(carnivora) dan seterusnya. Organisme yang menduduki tingkat tropik tertinggi
disebut konsumen puncak.
Dengan
demikian, pada rantai makanan tersebut dapat dijelaskan bahwa :
1.
Rumput bertindak sebagai produsen.
2.
Belalang sebagai konsumen I
(Herbivora)
3.
Katak sebagai konsumen II
(Carnivora)
4.
Ular sebagai konsumen
III/konsumen puncak (Carnivora)
5.
Jamur sebagai dekomposer.
2.4.2 Jaring-jaring
Makanan
Rantai
makanan merupakan gambar peristiwa
makan dan dimakan yang sederhana. Kenyataannya dalam satu ekosistem tidak
hanya terdapat satu rantai makanan, karena satu produsen tidak selalu menjadi
sumber makanan bagi satu jenis herbivora, sebaliknya satu jenis herbivora tidak
selalu memakan satu jenis produsen. Dengan demikian, di dalam ekosistem
terdapat rantai makanan yang saling berhubungan membentuk suatu jaring-jaring
makanan.
Jadi, Jaring-jaring
makanan merupakan sekumpulan rantai makanan yang salingberhubungan.
Perhatikan contoh jaring-jaring makanan berikut!
Jaring-jJaring
makanan adalah gabungan dari rantai-rantai makanan yang berhubungan
dikombinasikan atau digabung, yang tumpang tindih dalam ekosistem. Pada contoh
diatas terdapat 17 rantai makanan yang bergabung menjadi suatu ekosistem yaitu
menjadi sebuah jaring-jaring makanan. Rantai makanan itu diantaranya adalah :
1.pohon-ulat->ayam->elang
2.pohon->ulat->ayam->ular
3.pohon->ulat->katak->elang
4.pohon->ulat->katak->ular
5.pohon->belalang->ayam->ular
6.pohon->belalang->ayam->elang
7.pohon->belalang->katak->elang
8.rumput->ulat->ayam->elang
9.rumput->ulat->ayam->ular
10.rumput->ulat->katak->elang
11.rumput->ulat->katak->ular
12.rumput->belalang->ayam->ular
13.rumput->belalang->ayam->elang
14.rumput->belalang->katak->elang
15.rumput->belalang->katak->ular
16.rumput->tikus->ular
17.rumput->tikus->elang
Keterangan
Jaring-jaring
makanan adalah gabungan dari rantai-rantai makanan yang berhubungan
dikombinasikan atau digabung, yang tumpang tindih dalam ekosistem. Pada contoh
diatas terdapat 17 rantai makanan yang bergabung menjadi suatu ekosistem yaitu
menjadi sebuah jaring-jaring makanan. Kenyataannya dalam satu ekosistem
tidak hanya terdapat satu rantai makanan, karena satu produsen tidak selalu
menjadi sumber makanan bagi satu jenis herbivora, sebaliknya satu jenis
herbivora tidak selalu memakan satu jenis produsen. Dengan demikian, di dalam
ekosistem terdapat rantai makanan yang saling berhubungan
membentuk suatu jaring-jaring makanan. Pada tingkat trofik pertama adalah
organisme yang mampu menghasilkan zat makanan sendiri yaitu tumbuhan hijau atau
organisme autotrof yang sering disebut produsen. Terlihat pada gambar bahwa
yang bertindak sebagai produsen adalah pohon dan rumput. Organisme
yang menduduki tingkat tropik kedua disebut konsumen primer (konsumen I).
Konsumen I biasanya diduduki oleh hewan herbivora. Terlihat pada gambar bahwa
yang berperan sebagai konsumen I (Herbivora) adalah ulat, belalang, dan tikus. Organisme
yang menduduki tingkat tropik ketiga disebut konsumen sekunder (Konsumen II),
diduduki oleh hewan pemakan daging (karnivora). Terlihat pada gambar bahwa yang
bertindak sebagai konsumen II (karnivora) adalah ayam dan katak. Organisme
yang menduduki tingkat tropik tertinggi disebut konsumen puncak. Terlihat pada
gambar bahwa burung elang dan ular bertindak sebagai konsumen III/konsumen
puncak (karnivora).
BAB
Iii
PENutup
3.1
Kesimpulan
Ekosistem yang terdapat di dunia
ini beraneka ragam jenisnya. Ada ekosistem darat, ekosistem air tawar dan
ekosistem laut. Semua ekosistem tersebut tentu memiliki keunikan yang beragam
juga. Organisme yang terdapat di setiap ekosistem tersebut juga pastinya
beragam sesuai dengan situasi dan lingkungannya. Dalam ekosistem juga terdapat energi
yang mengaliri setiap organisme. Energi itu didapat dari suatu proses yang
disebut rantai makanan. Rantai makanan yang saling terhubung tersebut kemudian
membentuk suatu jaring-jaring makanan. Dalam proses ini terjadi saling makan
dan memakan, memangsa dan dimangsa. Yang dapat hidup adalah yang dapat
mempertahankan hidupnya dari serangan pemangsa.
3.2
Saran
Dalam rangka menjaga keseimbangan
ekosistem, kita harus senantiasa menjaga kelestariannya, baik itu organismenya
maupun lingkungan tempat hidup mereka. Jangan merusak habitat mereka karena hal
itu dapat menimbulkan dampak yang negative yang pada akhirnya berdampak juga
bagi kehidupan manusia. Kita diperbolehkan untuk berburu satwa, asalkan jangan
sampai menyebabkan punahnya satwa tersebut. Hindari perilaku serakah dan mau
untung sendiri. Untuk menjaga keseimbangan ekosistem darat, jangan menebang
pohon secara liar karena itu bisa menyebabkan banyak satwa kehilangan
habitatnya. Kurangi penggunaan bagian tubuh hewan untuk membuat benda yang
bermanfaat untuk manusia seperti kulit ular yang digunakan untuk membuat tas, sabuk
dan lain-lain. Serta di perairan yaitu ekosistem air tawar dan ekosistem laut,
jangan menggunakan bom dan pukat harimau untuk menangkap satwa perairan. Jadi,
satwa yang ada harus dimanfaatkan sewajarnya saja sehingga dengan itu tidak mengarah
pada terjadinya kerusakan ekosistem.
Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Ekosistem#Buatan
http://biologi-sma-rahul.blogspot.com/2012/04/ekosistem-buatan.html
http://www.scribd.com/doc/44743033/Pengertian-pemukiman
http://biologi-sma-rahul.blogspot.com/2012/04/ekosistem-buatan.html
http://www.scribd.com/doc/44743033/Pengertian-pemukiman
http://www.kutembak.com/2013/10/ekosistem-laut-pengertian-dan-gambar.html
http://jurusanbiologi.blogspot.com/2014/07/tingkatan-trofik-dalam-ekosistem.htmlhttp://rahmazamikai.blogspot.com/2013/06/aliran-energi-dan-materi-dalam.html
http://www.sridianti.com/pengertian-aliran-energi-dalam-ekosistem.html